Kamis, 07 Agustus 2014

Perapian Malam

aku bawa jantungku ke ujung mata pisau
paling runcing
aku tikam bersama sunyi pagi sepi senja
biar tak lagi ada detak dan detik yg terdengar
rindu ini
hanya mengerti satu bahasa
'indahnya pertemuan dgMu"


kidung rembulan dan senandung angin malam
lengkap dengan melankolis sepi
dan wirid sunyi
lekaslah bermimpi ..


hanya tersisa sepotong malam ..

ku susuri lagi
jalan-jalan kota ini
sendiri ...


membakar rindu di perapian malam..
bersama pekik rembulan ..


tasbih rindu jatuh di sunyi ..
wirid langit tergenggam halilintar ..


ini malam
gairahku membara pada ribuan cangkir kopi ..
usai gelegar halilintar dan tarian hujan banjiri jiwa ragaku ..


sebentar lagi
Aku
kembali hidup
sebentar lagi ..

usai melupakanmu ..


melupakanmu adalah kado terindah kedua setelah syurga

ketika Aku SEKARAT.
di saat itulah Aku HIDUP.

kita
menggelinding menyegarkan masa lalu


dan
waktu
hidup
kembali ..


seperti rindu kita
saling membunuh .


menjelma nyanyian jiwa ..
sesaat setelah senja bersajak tentang kerinduan..

sementara kita berkelahi dengan gerimis
dan langit
hanya mampu tersenyum
sesekali menghidangkan halilintar
sekedar untuk cemilan nanti malam ..


di jiwaku.
ribuan wajah mengaduh.
di sukmaku.
triliyunan kata melesat menembus celah" yg tak pernah di ketahui keberadaannya.


aku tak pernah ngerti smua makna tentang mu.
yang aku tau, kau adalah makhluk.


 lalu seribu jemari sunyi itu, gemulai memetik senja brdawai bianglala.
dan aku.
terpenggal sajak.


malam ini ku kerat nadi, sesaat
merinduimu
sebelum langit terpecah belah
kerana sunyi melahirkan seribu cakar gelisah ..
dan metafora kata-kata yang mencengkram
asa untuk esok malam ...


bersama nada ku kemas lagi waktu.
merinduiMu.
kembali.


orang-orang berlarian untuk di hinakan ..
sementara arti kesederhanaan, mereka campakan..


tasbih gerimis dan secangkir puisi.

tetes rinduku berkarat pada tulang-belulang kata-kata ..
ada lamunan juga kenangan berdetak
merangkak ..
merangkak ..


Seribu Luka? belum cukup
Sejuta lebih
bahagia adanya


kosong.
tak ada aksara yang melafalkan rindu.
tak ada kata yang mengeja nama.
kekosongan yg menyempurnakan makna.


ada do'a terjerembab di antara lirih istighfar
...


sedang berpuluh-puluh ribu malam
telah usai tanpa pelukan nyata ..
kita meremang bersama rindu ..


namun reranting rindu tak pernah tergoda tuk rapuh
meski samodra, membawa seribu pesan malapetaka..


tentang rindu tak bernama, hanya bernyawa pada garis sepertiga malam.
menjaga jelaga puisi jalanan serta bising mesin di jantung malam.
kita melegam bersama rembulan.
tegak menyikapi hidup merangkai kenyataan merangkum kewajaran.


Aku panggang beribu-ribu rindu
hingga hangus dan tak lagi membakar jiwaku .


Aku akan membakar rindu ini
meski dengan terpaksa.


malam ini
ya malam ini !!
akan ku penggal rindu
ku hanyutkan pada belantara samodra
aku tenggelamkan pada geram secangkir kopi hitam.
aku mulai muak
rindu berderak melebihi jantung berdetak..


sementara ribuan tanya melebam di dada malam ..
kita
hanya mampu mengeja malam
bukan kita ..


menjaga langit
menjaga puisi bukit
terjaga di antara do'a
terjaga menghimpun asa ..


aku lihat
di matamu darah menjelma lembayung senja
aku lihat
di matamu air mata menjelma sajak di jiwaku .


tanyakan padaku tentang rindu !!
meski sekali .


berjudi dg rindu.
sepahit kopi hitam.
setebal asap kretek sembilan.


kegaduhan merangkak pada jantung do'a-do'a
merepih mega-mega.
lagi
secangkir kopi tak hendak membisu
di tarian bibir sepi ..


di antara tebing-tebing langit
dan pilar-pilar malam
juga labirin-labirin senja
aku terdidik bahasa rindu.


dan malam
kembali meremas sajak
yang terbuat dari nurani jiwa


menjelma nyanyian paling purba
kembali
aku gemetar ..


memilah-milah takdir
mendiskusikan dengan forum sunyi
akbar dan menggetarkan sanubari bumi ..


ada opera nyata menyala di bwah tapa surya
tanpa sutradara atau skrip dan cerita
mengalir bersama do'a-do'a yang bergema
dari makhluk yang bernama manusia
ya ! do'a nya semakin berkarat dan menyayat
setiap kali nadi berdetak merobek sunyi ..


                                            

menjadi sajak menjelma do'a

malam yang mengacuhkan segala-galanya
hingga rembulan dan jutaan nama bintang
enggan hadir
meski sekedar menyapa...
sunyi tak berkesudahan..

tentang langit
yang mengerti bahasa penghuni mega
dan detak naluri jiwa
tentang senja
yang tetap bersua
meski gerimis memecah utuh jiwanya.


melengking
laksana lafadz iradatMu
tatkala aku tersungkur dalam basah sajadah
sepertiga malam..

malam malam
tanpa malam
dan angin malam
bersiteru dengan kelam


diam
lalu hilang
hitam
hitam
menjadi sajak



kita
terdidik senjakala
sesaat
usai air mata tak hendak reda ..


titik itu bernama kerinduan
garis itu bernama kenyataan
dan lukisan itu ternamakan keabadian..


menjelma tawa paling liar.
usai ribuan kata menjadi kota.


sebagian orang berdo'a untuk hidupnya
sebagian lagi ada yang mengharap lagi
beberapa orang bicara sepi, sunyi, hening, senyap..
beberapa orang bicara cinta, perjuangan, tangis dan rindu.
aku
diam.