Sabtu, 20 September 2014

dari dan untuk eN (bukan judul)

do'a-do'a usang itu masih terjaga eN,
menanti teriakan mu, di malam purnama sempurna
bukan srigala,
tapi menjadi manusia .


eN, do'a itu menjelma matamu
lagi
aku rakus memeluknya ..


aku tutup malam ini dengan seribu tegukan do'a.
lantas aku kembali mati .
untuk hidup kembali.


dalam keadaan mati pun
aku masih menggenggam rindu
dan berulang-ulang ku panggil namamu do'a ..


malam ini eN,
ya malam ini ..
malam tak berselimut
selain rindu yang kian menebal
di pelipis sang rembulan ..


menjaga do'a langit ..

sementara nadi nyaris terpenggal
catatan yang terpenggal-penggal
mimpi apa mimpi kemarin
entahlah
entah menjamur di pelataran malam


biarlah gerimis malam ini
damaikan ribuan rintih yang tak pernah terjamu
hidangan makan malam ..


malam yang berkuasa eN.
aku tak menjadi ngerti, di jiwamu.
angin yang merobohkan naluri mega
menggigil pada spasi reranting rindu ..


harapan itu bermunculan,
lalu meranggas
lalu menyembul
lalu terjerembab
lalu membuncah
lalu mengering
lalu basah
lalu gelisah
lalu pasrah
lalu beranak-pinak berkembang biak
lalu menepi
lalu sepi
dan tak mati-mati ..


deras
mengalirlah di antara badai .

merapihkan senja
yang tercecer di pelataran waktu yang usang ..


aku cari lagi lembaran namamu eN
yang tak pernah ku ketahui
di antara deru drone dan tarian nuklir timurtengah
pada ujung mesiu meriam thaliban
atau juga sajak-sajak Al-Qaeda ..


lalu asap mengepul dari mulutku
serupa kemelut Hiroshima dan Nagasaki
menyemai rentetan tangis tanpa jeda
menjamur pada falsafah jarak dan waktu
dan namamu eN
menjadi sajak yang terbuat dari darah neraka
bersukma nirwana ..


namamu terpampang pada ribuan halaman koran dan majalah
Times, Forbes, RollingStones, NEwyork, paparazi, BBC, pun Pikiran-Rakyat, Kompas, MI, Tempo, Tribun, dari Sabang Post hingga Greenland post kalaupun ada.
namamu tercatat hingga sidratul muntaha
dan semua sama, menulis namamu bersanding dengan sebuah judul yang tak pernah ku mengerti maknanya "PENABUH SEPI, PENABUR SUNYI, Pengganti Izrail di dunia paling PUISI"


eN.. namamu berlarian dlam gugusan jiwaku.
merangkai rindu menjadi biduk paling anggun dlm sukmaku ..


malam tergantung di lafadz kerinduan, kerana engkau tak pernah ngerti makna kesunyian. eN

fajar mengajariku arti kekuatan, dan senja mengajariku makna kerinduan.
lantas siang dan malam apa gunanya?
disana aku terjebak rindu.


langit itu berdentang keras, eN
meneriakan rindu yang tak pernah membeku
di buku-buku waktu


yang aku tau kini banteng dan garuda merias muka
dengan slogan dan epidemi janji.
menebar senyum dan membaca mantra
agar kita lupa episode yang pernah di kecam dunia.
membius kita dengan metode door to door
yang di temukannya.
eN, kini kau tlah berganti nama .


mengeja malam
tanpa rembulan
hanya angin yang sesekali meringis kesakitan ..


ini tentang Cinta dan hakikat bahagia sejati.
dan rindu yang berdentang pada setubuh langit dan bumi ..


tanpa langit yang berkaca-kaca tanpa suara ..

menjaga tasbih ini
aku mesti mati berpuluh-puluh ribu kali eN.


kembali ke syurga, usai tersesat di dunia.
kembali ke A, usai terdampar di Z.

tersungkur pada sajadah rindu dari langit.

berdo'alah untukku, do'a.
temani Aku


di persidangan sepi.
aku membisu di sudut secangkir kopi yang lantang mencemooh beribu kali.
aku. sendiri.


seperti permainan katamu dalam sajak paruh waktu, merajamku dg rindu yg tk pernah tau makna jemu.

kosong, ketika purnama tak lagi punya nama ,.banyak yang hilang
dan semuanya tentang kerinduan

terseret ke pusaran keheningan, dan terbiar di pusara kekosongan