Selasa, 31 Desember 2013

Usai Wiridan Subuh

:ASH

Aku simpan rindu ini
pada gerimis tadi pagi
ketika kau hadir di penghujung hari
di antara derai detik yang kian bersajak
kaleidoskop tahun kemarin
di awal pagi

Sri..
kau datang padaku
ketika subuh masih gigil
dg gigil paling sempurna
di antara larik-larik fajar
dan lirih wirid subuh

kau datang tanpa suara
laksana sketsa rembulan di malam
empat belas
purnama tanpa suara

Sri..
pagi mulai punguti sisa-sisa suara
subuh tadi
merangkainya menjadi puisi

yang perlahan kau baca
pelan namun pasti
pelan-pelan kau hentikan debar
dalam jiwa ini..

di antara dzikir gerimis
kau bersajak 'kangen'

seirama air matamu
yang tak hendak terhenti
di jiwamu..

Aku tertegun
larut di antar spasi kisah
dan jeda isak tangis
paling tak masuk logika

Aku nyaris mati
berderai Air mata
yang kau petik
kehadirannya

usai wiridan subuh

311213

Senin, 30 Desember 2013

Rindu paling sunyi

tanggal kian tertanggal
dari abad mu dan abad ku
dari abjad mu juga abdjaku
dari adab mu jua adab ku
tanggal tertinggal di batas janggal

kita hampir usai
mereda di sela isak tangis sang gerimis
yang tengah asyik meramu rindu meracik asmara
berselendang senja yang tlah usang
bermahkota sunyi paling abadi

kita kembali bicara sepi
ketika senja punguti air matamu
yang jatuh di sela gaduh dan luluh
malam itu

malam yang hadirkan opera tanpa suara
malam yang mengkristalkan segala kerinduan
dan kita
hanya mampu membisu, membatu

rembulan yang bersajak deburan ombak
bergelora di antara triliunan kilat cahaya kembang api
dan serak kerinduan yang tertahan detik paling akhir
tahun ini
tahun yang memang bukan tahun kita

aku rangkum semua sepi segala sunyi
di dada ini

hingga membuncah, basahi bukit lazuardi

tak tersisa

kau dan aku
entah dimana .

311213 

Sabtu, 14 Desember 2013

Langit Malam



Malam menjadi
Hari bermimpi
Lelap
Melodi sunyi

Cemara
Bamboo
Jatuhkan rembulan

Temaram
Senyap
Tunaskan harap

Bermunculan
Bukan lingkaran
Kecil
Dari langit

Air
Air mata
Langit malam


Kebun seni, 2013

Sudut Jalanan


 
Langit menua
Dingin kedinginan

Sabit menjelma purnama
Sekejap, serentak
Batu-batu tak berbaju
Memekik sayu

Seribu pasang
Paha
Germerlapan
Bersama decak kagum
Payudara


Sukajadi, 2013

Diorama Nasib



Memotong-motong nasib
Hingga jadi sajak

Mengaburkan
Di antara pecahan gerimis
Mengabarkan
Pada sehelai angin
Mengibarkan
Di degup jantung paling gema

Kita
Tak bernasib

Mereka
Raib

Dan nasib
Kembali raib

Bandung, 2013

Larut



Namamu
Abadi
Di tengah komposisi
Langit dan bumi

Berarak
Menjadi mendung
Gerimis lalu hujan
Deras

Tumpah
Tepat di keheninganku

Seirama desis huma
Desau
Angin senjakala

Bandung, 2013

Harap




Harap
Cemas meringkik
Di jalan
Dekat jarum
Nadi

Bambu
Kasmaran
Tak pernah henti
Berciuman

Aku iri

Malam dan kita
Tak lantas
Bersatu pelukan

Surau tanpa kaca
Mencemooh

“kapan dzikirku bersetubuh”

Leumahneundeut, 2013