eL..
Air Matamu Abadi
usai malam kau didihkan dengan air mata, dan kau sabotase rembulan bersama bintang-gemintang.
malam mengutuk dirinya.
kau masih terjaga, sedang jarum jam kini singgah di angka dua.
kau begitu asyik bersetubuh dengan nyanyian favoritmu dan Air mata abadimu.
sedang Aku, hanya mampu beronani dengan keheninganku.
bibirmu semakin rakus beradu peluk dengan rumput kering yang kau sulut bersama irama jiwamu, dan tak pernah jemu kopi hitam melumat indah bibirmu.
Aku cemburu !
membatu bersama jarak dan waktu
sambil menghunus sunyi, aku beranikan diri mengeja namamu.
eL...
aku masih ingat, ketika malam berada di puncak kejayaan, kau bertanya kepadaku "maaf kang, jam berapa ya?" lirih suaramuhentikan detak masa.
Aku tak mampu menjawab, matamu melumat seluruh abjad dalam bahasa bibirku.
Aku hanya bisa mengarahkan jam tanganku pada tatapanmu.
kau tersenyum "makasih ya kang." ucapmu dengan tatapan yang kian memenjarakan kosakataku.
Aku larut, tenggelam dalam jelaga matamu, sepersekian detik.
Aku mengangguk.
dan sekarang
di tempat yang sama, sebuah kafe dekan statiun kereta. kau kembali terjaga terdiam di sudut meja.
kau membatu aku membisu. Air matamu menyala tepat di keheninganku.
mengabur aku di telan sajakmu. sajak yang menjelma air mata.
Aku tertegun tanpa kedip, terpasung matamu yang kian merenggut nafasku.
hingga aku tak sadar jemari lembutmu tengah bermain-main dengan pisau yang kau pakai memotong roti bakar kesukaanmu..
bbrraaakkk....
seketika ragamu terjatuh bersimbah darah di pergelangan tangan kirimu.. sekejap jeritan orang-orang menjadi orkestra malam itu..
bunyi sirine, klakson, dan knalpot dan derap langkah menjelma symphoni paling ngeri di muka bumi
Aku terjebak sunyi
dan amis darah yang menjadi puisi
sepersejuta detik kau menajdi makhluk paling putih dlm pandanganku.
makhluk dengan Air Mata.
Air Mata Abadi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar