seorang lelaki berjalan menuju cahaya terang benderang di dekat pancuran, tanpa melupakan kegelapan, perlahan ia hisap kretek yang dijepit di antara jemari tangan kanannya.
ia berjalan sambil tersenyum setelah memaafkan segala yang terjadi, setelah merelakan beberapa luka dilukis di telapak hati.
ia bercerita pada dirinya sendiri tentang dirinya sendiri, bagaimana ia
tertawa saat menemukan dirinya seolah menang padahal kalah, seolah
punya padahal hanya. Saat ia memaafkan dirinya sendiri dan segala yang
pernah dan akan terjadi.
sambil menenteng secangkir kopi ia berjalan menuju tepi trotoar, ia duduk di bawah pohon di tengah trotoar gasibu, mencoba menerjemahkan bahasa waktu.
tak ada rindu malam ini
langit yang biru pucat kehitam-hitaman, dan satu bintang yang lebih terang dari sorot lampu depan angkot caheum-ciroyom.
seorang lelaki, duduk
angin berhembus dari arah barat, menggoyangkan pikiran yang seperti tanpa ingatan masa depan.
"setiap kejadian, merupakan sebuah jalan, entah itu jalan pembuka kebahagiaan perasaan, atau kebisingan pikiran", ia mulai meracau
dihisapnya sebatang rokok dengan begitu tenang, ia dengar raung kendaraan seperti kemasukan setan.
ia mendengar suara, menyebut kehidupan sambil melupakan kematian.
ia mendengar suara, berbisik "diam yang menghidupkan kematian"
aku tak mengerti, apalagi ia
trotoarjalan, 200417 #meracau
#Noer Listanto Alfarizi
sambil menenteng secangkir kopi ia berjalan menuju tepi trotoar, ia duduk di bawah pohon di tengah trotoar gasibu, mencoba menerjemahkan bahasa waktu.
tak ada rindu malam ini
langit yang biru pucat kehitam-hitaman, dan satu bintang yang lebih terang dari sorot lampu depan angkot caheum-ciroyom.
seorang lelaki, duduk
angin berhembus dari arah barat, menggoyangkan pikiran yang seperti tanpa ingatan masa depan.
"setiap kejadian, merupakan sebuah jalan, entah itu jalan pembuka kebahagiaan perasaan, atau kebisingan pikiran", ia mulai meracau
dihisapnya sebatang rokok dengan begitu tenang, ia dengar raung kendaraan seperti kemasukan setan.
ia mendengar suara, menyebut kehidupan sambil melupakan kematian.
ia mendengar suara, berbisik "diam yang menghidupkan kematian"
aku tak mengerti, apalagi ia
trotoarjalan, 200417 #meracau
#Noer Listanto Alfarizi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar