tatkala senja merekah
bersama terbitnya rindu di dalam darah
mengalir asa-asa
dan bergemalah do'a-do'a
ketika jiwa terluap merah saga
nyata dan tak nyata
tampak nyala di ujung cahaya..
senja yang tak pernah hilang
sllu hadir
di sini
di jiwa ini
meski luka tanpa akhir cerita
dan duka selalu menjadi episode
senja tak kan pernah hilang..
sepersejuta degup jantungku
tergadai di antara adan dan iqamah
merangkak menggapai Lailatul Qadar...
ketika rindu tak mampu termaknai oleh kata-kata
malam enggan bicara
tentang esok dan selanjutnya
menantikan Izrail dan Jibril hadir
di antara lushu nafas
dan sisa teriakan jiwa
serak dan melegam di tepi kelam..
ketika rindu bernafas
samudra membeku berubah mnjadi kapas...
kembali tergadai hening
yang meronta pada belukar harap
asap menebal
rindu mengental
melebam di legam malam
malam yg tak pernah ada habisnya
meresap di semerbak sunyi...
biarlah aku lebur bersama rindu
dan hening bisu
karena langit tetap tak mendengar..
rindu yang terjaga
di setiap deburan ombak
dan nyanyian huma
merekah di senja jingga
sekejap menjerti panjati tebing langit
memecah kenyataan
menghujam keadaan..
ketika malam enggan tuk bicara
kata" membisu pada dahi sang rembulan..
"seperti embun yang pernah kau tatap
tatkala gerimis reda usai wiridan subuh"
Sukajadi, 270713
Tidak ada komentar:
Posting Komentar