rembulan emas
membisu di pelataran malam
menatap tegas
ke arahku
yang terbiar di antara
genangan air hujan
rembulan emas
membara
tajam memandangku
kau pilihkan badai
untukku
tanpa sempat aku memaknai
arti sebuah pilihan
kau titipkan luka
untukku
tanpa aku sempat bernafas
meski satu helaan
rembulan emas
membias di kaca jendela
heningnya kamar
lantai tiga
bercengkrama sesaat
ketika jiwa mengenal bahasanya
sekejap
saat roh berwujud nyata
dan menuangkan kata-kata
di deretan rak jiwa
rembulan emas
masih tajam
genggam keheninganku
semua seolah terhenti
tak sempat mencari
kenapa waktu sanggup berhenti
seketika...
mati....
Sukajadi 200913
Tidak ada komentar:
Posting Komentar