Sabtu, 10 Mei 2014

Reranting Rindu (Untuk eN)

: eN

ketika senja menjelma di pelupuk jiwa
kita kembali bertarung dengan rindu
bertaruh dengan air mata
berdarah-darah bersenggama dengan kata dan do'a
puisi atau rentetan melankolia purba
jau ritme jeda
yang tebata-bata

kita semakin tak ngerti
akan rindu pun bahasa qalbu
yang kian waktu kita santap tanpa ragu

entahlah
beribu-ribu lipatan senja
kian kokohkan rindu di singgasana biru

dan kita
seperti biasa
BERJUDI DENGAN AIR MATA

mendung yang berjelaga darah itu
legam membisikan kegundahan
namun reranting rinfu
tak pernah tergoda tuk rapuh

meski samodra
membawa seribu pesan malapetaka

duhai langit
tak bisakah kau jelmakan rindu
pada biru jiwamu

duhai samodra
bacakanlah sajak rindu paling nyalang
biarkan menjadi tsunami atau badai
musnahkan seribu granat kegelisahan

lagi
surya membeku di gigil aksara
yang membisu di buku-buku waktu

kembali
kita punguti asa yang tercecer
di antara reruntuhan puisi
kemarin

Lima detik dua ribu empat belas (tentang 'bilik hati')

usai mendengar puisi yang kau tulis dg jiwa
usai mendengar puisi yg terbuat dari nurani sukma
entah kenapa, aku ingin menangis berulang kali.


di antara jeda denyut 'bilik hati'
aku terjerembab
lebur bersama melankolis langit dan samodra

"tak lagi ada yang sempurna di ini pagi,
selain namamu yang melekat erat pada tasbih nadiku"

entah kenapa, aku ingin menangis beribu-ribu kali
menjerit merobek celah-celah langit
dan bersujud mengemis air mata dari mata air air mata ku

namamu seolah tanpa jeda
bergema .. bergema ..
namamu .. namamu ..
yang bernyawa air mata

aku
mengabur di antara seribu puisi milyaran sajak
yang kau tulis menjadi status facebook

ada mantra yang sekejap memburu getar jiwaku hingga gemetar
mantra puisimu
dan aku tak tau
begitu pun juga kau

mantra purba
yang di namakan 'rindu'

Sepi (bukan puisi)

:saudaraku

masih kau biarkan sepi mengobrak-abrik pikiranmu?
merobek-robek kotak jiwamu?
sedang di luar sana orang tlah berlari menuju Mars,
bukan dg Apollo 11, bukan juga Boeing 737.
tapi dengan mimpi yang di nyatakan, dengan optimis tanpa logika

Apa kau masih biarkan sepi telanjangi hari-harimu?
sedang usia kain berkarat di rendam air mata sekarat.

Masih kau biarkan sepi mengutuk kata-katamu?
dan sunyi tertawakan mimpi-mimpi kita di malam buta.
tanpa sebuah not tercipta dari partitur do'a/
kita tak lantas bangkit, ataukah asyik dengan cita-cita dan khayalan.
kita hanya duduk berteman secangkir kopi dan batangan-batangan rumput liar.
dan kata-kata bertunas menjadi puisi di bibir kita
lantas kita menyebut diri kita penyair?
meski tidak sama sekali.

kau masih biarkan sepi berceramah tentang resah, gelisah
dan ketidakpastian hari esok.
dan Kau masih setia menjadi mustami layaknya ibu-ibu pengajian.
gerimis berdesau 'aamiin' untuk setiap kata yang di sulut mulut sepi
dengan koor sempurna pecahkan keutuhan jiwa.

kau berkata tanpa suara
berdebat hebat dengan dirimu sendiri yang tak lain adalah orang lain
mengajukan kasasi atas sepi ygn menghukummu, meminta banding atas putusan hakim-hakim itu sendiri
kau berusaha menjadi advokat untuk dirimu sendiri dan memulai bicara tentang fakta, opini, pasal,
KUHP, doktrin, vonis, alibi, dan semua yang tak pernah kau ketahui maknanya.

Kau mengadu pada rumput yang kau gulung dan kau bakar tanpa rasa bersalah.
kau mulai bersajak, berpuisi, memainkan lakon teater paling hebat layaknya aktor di broadway.
mengemis tepuk tangan penonton dan kepingan-kepingan logam yang bisa kau gantikan dengan lamborgini,
audy, mercy, porch, ferrari, atau juga harley, bentley, enfield, ducati yang nyaris semuanya tak kan pernah kau miliki

hanya karena mimpi yang kau larungkan dari hari ke hari


Kau mengaduh pada seteguk kopi, bermain air mata dan ekspresi jiwa.
kau merengek, kadangpula mencaci
tapi entah mencaci apa dan siapa
Kau tersedu-sedu dengan sempurna
dengan spasi isak tangis yang sempurna pula

namun miris kembali menjadi penutup asa mu malam ini
semuanya membisu

rumput yang ku bakar hanya mengepulkan asap yang sering kau sebut itu inspirasi
dan kopi hanya sisakan dedak pekat sepekat harapanmu.
namun masih saja kau sebut keduanya syurga sementara di muka dunia.

Kau masih biarkan Sepi?
abadi sendiri

Kepada Kegelisahanmu

:saudaraku

Tenanglah, kerana langit pun bersamodra problema
namun tetap tenang

kita hanya butuh keheningan sementara
untuk hidup kembali berharga
ajak bicaralah mereka yang tak mengerti kata-kata
tanyakan pada sunyi
pada secangkir kopi
pada sepi
pada langit
pada bumi
pada angin
dan pada apa saja yang kau anggap
suci

kurangilah, sedikit saja kadar ambisi
dan iri hati yang menyelimut diri

sediakan hari dimana kita di haruskan untuk
berjalan dan tersenyum pada dunia
yang enggan menatap kita
bahagia

Tenanglah, gelisah adalah dzikir abadi
pada jiwa manusia

sadarilah, bahwa kita hidup
untuk menemui kematian

Hidup Mulya terkadang mungkin lebih baik
dari sekadar Mati Syahid

carilah waktu dimana kita bisa asyik
sendiri tanpa seorangpun di sisi kita
hanya jiwa dan pemiliknya


Tenanglah, kaya dan miskin itu adil
begitu jua sedih dan bahagia
gelisah dan ketenangan

Tenanglah,
ucapkanlah selamat malam
untuk jiwamu dan kegelisahanmu
sebab esok nyata hadir kepadamu..

Kepada Anak Malam

Nak .. !!!
diamlah sejenak
tataplah dirimu sesaat
dan dengarlah

dengarlah Aku
yang mungkin sebentar lagi
mati tertelan sajak

malam menua
dan kau beranjak dewasa
ketika langit menyulut mesiu
dan memborbardir seisi bumi
selaksa jagat raya

Kau tumbuh jadi Anak
Penuh Asa

Jadilah dirimu sendiri !!!

jangan ingin menjadi Iwan Fals, Rendra, Emha Ainun Nadjib, Soekarno
Natsir, Ebiet G Ade, Ian Antono, Jelly Tobing, Slamet Rahardjo, Affandi,
atau juga
Kahlil Gibran, Jallaludin Rumi, Muhammad Iqbal, John F Keneddy, Winston Churcill, Khadaffi, Beethoven,
Einstein, dan yang lainnya.

jadilah dirimu sendiri !!
di mata dunia itu yang berarti
di mata Tuhan itu harus pasti

Jadilah kebanggaan buat dirimu
yang paling baik
Ibumu, Bapakmu, dan orang yang mengenal
dan yang tak kau kenal sekalipun

Jadilah langit !!
jadilah bumi !!
Jadilah Samodra !!
jadilah Ruh dari sajak Syorga

mengalir lembut
nyata
di antara gema dzikir dan salam

temukan dirimu
sebelum dirimu tak di ketemukan
dan hilang

lihatlah ke bawah
tengok ke atas
dan berjalan tegap
berjiwa besar

lantas jangan kau jadikan
ilmu sebagai rasa angkuhmu

merendahlah
sampai kau tak bisa lagi
di rendahkan

dengarlah ..
renungkanlah ..

Nak ..

Langit berderai
tanpa bintang
hanya sabit terasing
di gelap jagat malam

Jadilah orang yang tau aturan
dan mampu melihat kebaikan pada seseorang

dan Langit melaknat kepura-puraan
tidak ada dusta dalam kamus jiwa

jujurlah
Nak..

Nampaknya nafas teramat tua ....
dan do'a.

itu yang tersisa ...