: eN
ketika senja menjelma di pelupuk jiwa
kita kembali bertarung dengan rindu
bertaruh dengan air mata
berdarah-darah bersenggama dengan kata dan do'a
puisi atau rentetan melankolia purba
jau ritme jeda
yang tebata-bata
kita semakin tak ngerti
akan rindu pun bahasa qalbu
yang kian waktu kita santap tanpa ragu
entahlah
beribu-ribu lipatan senja
kian kokohkan rindu di singgasana biru
dan kita
seperti biasa
BERJUDI DENGAN AIR MATA
mendung yang berjelaga darah itu
legam membisikan kegundahan
namun reranting rinfu
tak pernah tergoda tuk rapuh
meski samodra
membawa seribu pesan malapetaka
duhai langit
tak bisakah kau jelmakan rindu
pada biru jiwamu
duhai samodra
bacakanlah sajak rindu paling nyalang
biarkan menjadi tsunami atau badai
musnahkan seribu granat kegelisahan
lagi
surya membeku di gigil aksara
yang membisu di buku-buku waktu
kembali
kita punguti asa yang tercecer
di antara reruntuhan puisi
kemarin
Sabtu, 10 Mei 2014
Lima detik dua ribu empat belas (tentang 'bilik hati')
usai mendengar puisi yang kau tulis dg jiwa
usai mendengar puisi yg terbuat dari nurani sukma
entah kenapa, aku ingin menangis berulang kali.
di antara jeda denyut 'bilik hati'
aku terjerembab
lebur bersama melankolis langit dan samodra
"tak lagi ada yang sempurna di ini pagi,
selain namamu yang melekat erat pada tasbih nadiku"
entah kenapa, aku ingin menangis beribu-ribu kali
menjerit merobek celah-celah langit
dan bersujud mengemis air mata dari mata air air mata ku
namamu seolah tanpa jeda
bergema .. bergema ..
namamu .. namamu ..
yang bernyawa air mata
aku
mengabur di antara seribu puisi milyaran sajak
yang kau tulis menjadi status facebook
ada mantra yang sekejap memburu getar jiwaku hingga gemetar
mantra puisimu
dan aku tak tau
begitu pun juga kau
mantra purba
yang di namakan 'rindu'
usai mendengar puisi yg terbuat dari nurani sukma
entah kenapa, aku ingin menangis berulang kali.
di antara jeda denyut 'bilik hati'
aku terjerembab
lebur bersama melankolis langit dan samodra
"tak lagi ada yang sempurna di ini pagi,
selain namamu yang melekat erat pada tasbih nadiku"
entah kenapa, aku ingin menangis beribu-ribu kali
menjerit merobek celah-celah langit
dan bersujud mengemis air mata dari mata air air mata ku
namamu seolah tanpa jeda
bergema .. bergema ..
namamu .. namamu ..
yang bernyawa air mata
aku
mengabur di antara seribu puisi milyaran sajak
yang kau tulis menjadi status facebook
ada mantra yang sekejap memburu getar jiwaku hingga gemetar
mantra puisimu
dan aku tak tau
begitu pun juga kau
mantra purba
yang di namakan 'rindu'
Sepi (bukan puisi)
:saudaraku
masih kau biarkan sepi mengobrak-abrik pikiranmu?
merobek-robek kotak jiwamu?
sedang di luar sana orang tlah berlari menuju Mars,
bukan dg Apollo 11, bukan juga Boeing 737.
tapi dengan mimpi yang di nyatakan, dengan optimis tanpa logika
Apa kau masih biarkan sepi telanjangi hari-harimu?
sedang usia kain berkarat di rendam air mata sekarat.
Masih kau biarkan sepi mengutuk kata-katamu?
dan sunyi tertawakan mimpi-mimpi kita di malam buta.
tanpa sebuah not tercipta dari partitur do'a/
kita tak lantas bangkit, ataukah asyik dengan cita-cita dan khayalan.
kita hanya duduk berteman secangkir kopi dan batangan-batangan rumput liar.
dan kata-kata bertunas menjadi puisi di bibir kita
lantas kita menyebut diri kita penyair?
meski tidak sama sekali.
kau masih biarkan sepi berceramah tentang resah, gelisah
dan ketidakpastian hari esok.
dan Kau masih setia menjadi mustami layaknya ibu-ibu pengajian.
gerimis berdesau 'aamiin' untuk setiap kata yang di sulut mulut sepi
dengan koor sempurna pecahkan keutuhan jiwa.
kau berkata tanpa suara
berdebat hebat dengan dirimu sendiri yang tak lain adalah orang lain
mengajukan kasasi atas sepi ygn menghukummu, meminta banding atas putusan hakim-hakim itu sendiri
kau berusaha menjadi advokat untuk dirimu sendiri dan memulai bicara tentang fakta, opini, pasal,
KUHP, doktrin, vonis, alibi, dan semua yang tak pernah kau ketahui maknanya.
Kau mengadu pada rumput yang kau gulung dan kau bakar tanpa rasa bersalah.
kau mulai bersajak, berpuisi, memainkan lakon teater paling hebat layaknya aktor di broadway.
mengemis tepuk tangan penonton dan kepingan-kepingan logam yang bisa kau gantikan dengan lamborgini,
audy, mercy, porch, ferrari, atau juga harley, bentley, enfield, ducati yang nyaris semuanya tak kan pernah kau miliki
hanya karena mimpi yang kau larungkan dari hari ke hari
Kau mengaduh pada seteguk kopi, bermain air mata dan ekspresi jiwa.
kau merengek, kadangpula mencaci
tapi entah mencaci apa dan siapa
Kau tersedu-sedu dengan sempurna
dengan spasi isak tangis yang sempurna pula
namun miris kembali menjadi penutup asa mu malam ini
semuanya membisu
rumput yang ku bakar hanya mengepulkan asap yang sering kau sebut itu inspirasi
dan kopi hanya sisakan dedak pekat sepekat harapanmu.
namun masih saja kau sebut keduanya syurga sementara di muka dunia.
Kau masih biarkan Sepi?
abadi sendiri
masih kau biarkan sepi mengobrak-abrik pikiranmu?
merobek-robek kotak jiwamu?
sedang di luar sana orang tlah berlari menuju Mars,
bukan dg Apollo 11, bukan juga Boeing 737.
tapi dengan mimpi yang di nyatakan, dengan optimis tanpa logika
Apa kau masih biarkan sepi telanjangi hari-harimu?
sedang usia kain berkarat di rendam air mata sekarat.
Masih kau biarkan sepi mengutuk kata-katamu?
dan sunyi tertawakan mimpi-mimpi kita di malam buta.
tanpa sebuah not tercipta dari partitur do'a/
kita tak lantas bangkit, ataukah asyik dengan cita-cita dan khayalan.
kita hanya duduk berteman secangkir kopi dan batangan-batangan rumput liar.
dan kata-kata bertunas menjadi puisi di bibir kita
lantas kita menyebut diri kita penyair?
meski tidak sama sekali.
kau masih biarkan sepi berceramah tentang resah, gelisah
dan ketidakpastian hari esok.
dan Kau masih setia menjadi mustami layaknya ibu-ibu pengajian.
gerimis berdesau 'aamiin' untuk setiap kata yang di sulut mulut sepi
dengan koor sempurna pecahkan keutuhan jiwa.
kau berkata tanpa suara
berdebat hebat dengan dirimu sendiri yang tak lain adalah orang lain
mengajukan kasasi atas sepi ygn menghukummu, meminta banding atas putusan hakim-hakim itu sendiri
kau berusaha menjadi advokat untuk dirimu sendiri dan memulai bicara tentang fakta, opini, pasal,
KUHP, doktrin, vonis, alibi, dan semua yang tak pernah kau ketahui maknanya.
Kau mengadu pada rumput yang kau gulung dan kau bakar tanpa rasa bersalah.
kau mulai bersajak, berpuisi, memainkan lakon teater paling hebat layaknya aktor di broadway.
mengemis tepuk tangan penonton dan kepingan-kepingan logam yang bisa kau gantikan dengan lamborgini,
audy, mercy, porch, ferrari, atau juga harley, bentley, enfield, ducati yang nyaris semuanya tak kan pernah kau miliki
hanya karena mimpi yang kau larungkan dari hari ke hari
Kau mengaduh pada seteguk kopi, bermain air mata dan ekspresi jiwa.
kau merengek, kadangpula mencaci
tapi entah mencaci apa dan siapa
Kau tersedu-sedu dengan sempurna
dengan spasi isak tangis yang sempurna pula
namun miris kembali menjadi penutup asa mu malam ini
semuanya membisu
rumput yang ku bakar hanya mengepulkan asap yang sering kau sebut itu inspirasi
dan kopi hanya sisakan dedak pekat sepekat harapanmu.
namun masih saja kau sebut keduanya syurga sementara di muka dunia.
Kau masih biarkan Sepi?
abadi sendiri
Kepada Kegelisahanmu
:saudaraku
Tenanglah, kerana langit pun bersamodra problema
namun tetap tenang
kita hanya butuh keheningan sementara
untuk hidup kembali berharga
ajak bicaralah mereka yang tak mengerti kata-kata
tanyakan pada sunyi
pada secangkir kopi
pada sepi
pada langit
pada bumi
pada angin
dan pada apa saja yang kau anggap
suci
kurangilah, sedikit saja kadar ambisi
dan iri hati yang menyelimut diri
sediakan hari dimana kita di haruskan untuk
berjalan dan tersenyum pada dunia
yang enggan menatap kita
bahagia
Tenanglah, gelisah adalah dzikir abadi
pada jiwa manusia
sadarilah, bahwa kita hidup
untuk menemui kematian
Hidup Mulya terkadang mungkin lebih baik
dari sekadar Mati Syahid
carilah waktu dimana kita bisa asyik
sendiri tanpa seorangpun di sisi kita
hanya jiwa dan pemiliknya
Tenanglah, kaya dan miskin itu adil
begitu jua sedih dan bahagia
gelisah dan ketenangan
Tenanglah,
ucapkanlah selamat malam
untuk jiwamu dan kegelisahanmu
sebab esok nyata hadir kepadamu..
Tenanglah, kerana langit pun bersamodra problema
namun tetap tenang
kita hanya butuh keheningan sementara
untuk hidup kembali berharga
ajak bicaralah mereka yang tak mengerti kata-kata
tanyakan pada sunyi
pada secangkir kopi
pada sepi
pada langit
pada bumi
pada angin
dan pada apa saja yang kau anggap
suci
kurangilah, sedikit saja kadar ambisi
dan iri hati yang menyelimut diri
sediakan hari dimana kita di haruskan untuk
berjalan dan tersenyum pada dunia
yang enggan menatap kita
bahagia
Tenanglah, gelisah adalah dzikir abadi
pada jiwa manusia
sadarilah, bahwa kita hidup
untuk menemui kematian
Hidup Mulya terkadang mungkin lebih baik
dari sekadar Mati Syahid
carilah waktu dimana kita bisa asyik
sendiri tanpa seorangpun di sisi kita
hanya jiwa dan pemiliknya
Tenanglah, kaya dan miskin itu adil
begitu jua sedih dan bahagia
gelisah dan ketenangan
Tenanglah,
ucapkanlah selamat malam
untuk jiwamu dan kegelisahanmu
sebab esok nyata hadir kepadamu..
Kepada Anak Malam
Nak .. !!!
diamlah sejenak
tataplah dirimu sesaat
dan dengarlah
dengarlah Aku
yang mungkin sebentar lagi
mati tertelan sajak
malam menua
dan kau beranjak dewasa
ketika langit menyulut mesiu
dan memborbardir seisi bumi
selaksa jagat raya
Kau tumbuh jadi Anak
Penuh Asa
Jadilah dirimu sendiri !!!
jangan ingin menjadi Iwan Fals, Rendra, Emha Ainun Nadjib, Soekarno
Natsir, Ebiet G Ade, Ian Antono, Jelly Tobing, Slamet Rahardjo, Affandi,
atau juga
Kahlil Gibran, Jallaludin Rumi, Muhammad Iqbal, John F Keneddy, Winston Churcill, Khadaffi, Beethoven,
Einstein, dan yang lainnya.
jadilah dirimu sendiri !!
di mata dunia itu yang berarti
di mata Tuhan itu harus pasti
Jadilah kebanggaan buat dirimu
yang paling baik
Ibumu, Bapakmu, dan orang yang mengenal
dan yang tak kau kenal sekalipun
Jadilah langit !!
jadilah bumi !!
Jadilah Samodra !!
jadilah Ruh dari sajak Syorga
mengalir lembut
nyata
di antara gema dzikir dan salam
temukan dirimu
sebelum dirimu tak di ketemukan
dan hilang
lihatlah ke bawah
tengok ke atas
dan berjalan tegap
berjiwa besar
lantas jangan kau jadikan
ilmu sebagai rasa angkuhmu
merendahlah
sampai kau tak bisa lagi
di rendahkan
dengarlah ..
renungkanlah ..
Nak ..
Langit berderai
tanpa bintang
hanya sabit terasing
di gelap jagat malam
Jadilah orang yang tau aturan
dan mampu melihat kebaikan pada seseorang
dan Langit melaknat kepura-puraan
tidak ada dusta dalam kamus jiwa
jujurlah
Nak..
Nampaknya nafas teramat tua ....
dan do'a.
itu yang tersisa ...
diamlah sejenak
tataplah dirimu sesaat
dan dengarlah
dengarlah Aku
yang mungkin sebentar lagi
mati tertelan sajak
malam menua
dan kau beranjak dewasa
ketika langit menyulut mesiu
dan memborbardir seisi bumi
selaksa jagat raya
Kau tumbuh jadi Anak
Penuh Asa
Jadilah dirimu sendiri !!!
jangan ingin menjadi Iwan Fals, Rendra, Emha Ainun Nadjib, Soekarno
Natsir, Ebiet G Ade, Ian Antono, Jelly Tobing, Slamet Rahardjo, Affandi,
atau juga
Kahlil Gibran, Jallaludin Rumi, Muhammad Iqbal, John F Keneddy, Winston Churcill, Khadaffi, Beethoven,
Einstein, dan yang lainnya.
jadilah dirimu sendiri !!
di mata dunia itu yang berarti
di mata Tuhan itu harus pasti
Jadilah kebanggaan buat dirimu
yang paling baik
Ibumu, Bapakmu, dan orang yang mengenal
dan yang tak kau kenal sekalipun
Jadilah langit !!
jadilah bumi !!
Jadilah Samodra !!
jadilah Ruh dari sajak Syorga
mengalir lembut
nyata
di antara gema dzikir dan salam
temukan dirimu
sebelum dirimu tak di ketemukan
dan hilang
lihatlah ke bawah
tengok ke atas
dan berjalan tegap
berjiwa besar
lantas jangan kau jadikan
ilmu sebagai rasa angkuhmu
merendahlah
sampai kau tak bisa lagi
di rendahkan
dengarlah ..
renungkanlah ..
Nak ..
Langit berderai
tanpa bintang
hanya sabit terasing
di gelap jagat malam
Jadilah orang yang tau aturan
dan mampu melihat kebaikan pada seseorang
dan Langit melaknat kepura-puraan
tidak ada dusta dalam kamus jiwa
jujurlah
Nak..
Nampaknya nafas teramat tua ....
dan do'a.
itu yang tersisa ...
Langganan:
Postingan (Atom)