: eN
ketika senja menjelma di pelupuk jiwa
kita kembali bertarung dengan rindu
bertaruh dengan air mata
berdarah-darah bersenggama dengan kata dan do'a
puisi atau rentetan melankolia purba
jau ritme jeda
yang tebata-bata
kita semakin tak ngerti
akan rindu pun bahasa qalbu
yang kian waktu kita santap tanpa ragu
entahlah
beribu-ribu lipatan senja
kian kokohkan rindu di singgasana biru
dan kita
seperti biasa
BERJUDI DENGAN AIR MATA
mendung yang berjelaga darah itu
legam membisikan kegundahan
namun reranting rinfu
tak pernah tergoda tuk rapuh
meski samodra
membawa seribu pesan malapetaka
duhai langit
tak bisakah kau jelmakan rindu
pada biru jiwamu
duhai samodra
bacakanlah sajak rindu paling nyalang
biarkan menjadi tsunami atau badai
musnahkan seribu granat kegelisahan
lagi
surya membeku di gigil aksara
yang membisu di buku-buku waktu
kembali
kita punguti asa yang tercecer
di antara reruntuhan puisi
kemarin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar