Rabu, 28 Oktober 2015

sepi dan puisi

aku dan sepi
bercengkrama lewat puisi

biarlah
karena tak ada duka yang pantas kita libatkan
sekalipun luka menjelma purnama,
nyaris merobek retina


malam dan milyaran kutukan
aku tak peduli
langit jumpalitan, do'a-do'a bersila
dalam lingkaran

dan kita
menyetubuhi sepi berulang kali
lalu mati
menjadi puisi

Bandung, 28 Okt 2014

malam suatu ketika

Aku pernah sesat
pada malam

di mana Aku mencarimu pada remang lampu jalanan
bukankah itu tempat favoritmu?

malam pernah sesat
mencariku

Aku tak pernah ada
hanya mengembara di dunia fana

terjaga
dalam istirah rindu jiwa

di matamu

CCL, tengahmalam 02:42 2015

Sepucuk Surat Senyap dari Trotoar

Aku ingin menulis surat di dada malam yang terbelah
Karena asa nyaris lebur di badan jalanan,

Sepucuk Surat Senyap dari Trotoar Jalan

Kita harus menanam luka
Pada setiap gerimis
Pada setiap fajar
Pada setiap langkah yang terjerembab
Dan harapan yang dijegal dengan serentak

Kita harus benar-benar menanam duka
Biarkan saja airmata itu berguguran
Biarkan langit menyunting kegetiran
Biarkan malam-malam menjadi candu dari segala candu dari segala yang bertalian dengan luka yang membiru

Kita pun tau harga jeritan itu relatif lebih murah daripada desahan

Menjeritlah, dalam bisikmu yang paling sesak.
Agar segala rasa yang tertahan menjadi do'a yang didengar oleh jagat kehidupan.

Biarkan orang-orang menertawakanmu sampai dia mati karena kehabisan cakap untuk memaki,
Biarkan orang-orang tak melempar tanya ataupun senyum padamu
Biarkan
Biarkan mereka memburu seribu tepuk tangan dewa dan sentuhan dari para pemuja syurga

Diamlah, ada janji langit yang mesti kau percaya
Janji yang tak ada sangsi

Sambutlah segala badai, segala topan, segala yang menyakitkan.
Karena tak ada bintang kalau tak ada gelap malam
Karena rembulan paling indah hanya ada dikegelapan

Jangan biarkan dirimu lenyap dlm kegaduhan
Dalam pengharapan
Dalam angan-angan yang tak punya pegangan

Sekarang mari kita bicara kesederhanaan

Kita lupakan semua
Untuk mengingat semua
Menitip lupa pada jurang-jurang paling nyaman.

Mari kita baca lagi Basmalah dengan segenap pasrah
Kita nikmati apa yang tersaji yang telah menjadi milik kita sendiri
Kita beri apa yang kita miliki

Kita redam segala prasangka
Segala iri dengki
Segala yang hanya bisa membunuh hati

Mari kita ingat Petani, nelayan, tukang becak, sopir, anak-anak yang bermain kelereng,
Mereka adalah salah satu guru kesederhanaan,

Kau harus tau, bahwa tak ada bahagia tanpa kesederhanaan.
Kau harus tau, cinta tanpa do'a adalah derita

Berdo'alah
Agar keajaiban terjadi berulang kali
Agar kegelisahan tak menjadi duri, melainkan menjadi puisi.

Bandung, 010215 20:18

Sabtu, 03 Januari 2015

DI KAKI CEMARA

Barangkali aku harus mengutus cemara/untuk meminangmu wahai khatulistiwa//
Sejak puisi yang ku sajikan tak pernah kau perhitungkan/atau hanya sekedar kau ambil titimangsa yang berjalan serupa mega-mega//

Aku harus terbenam/menyemai istirah panjang//
Agar rembulan bisa angkuh dengan segala kerendahan hatinya/dan bintang saling mereguk kecup yang jajakan bidadari karbitan//

Aku ikhlaskan subuh bersetubuh dengan fajar/agar lahir do'a-do'a yang persuakan senyummu di barisan embun pada raut dedaunan//

Aku harus mengutus cemara/untuk meminangmu wahai permata jiwa//
Sebab puisi yang ku sajikan/hanya membuatmu menjadi yang tak semestinya//

Akan ku utus do'a/agar Tuhan tak menyesal/karena rindu telah mengental//

Cikajang, 030115 16:55

Dalam Sajak

bukan/aku tak pernah hidup di jiwamu/yang licin penuh bulu//
aku jelmaan sajak merah/tak lagi biru/sebab laut kehilangan asin//
biru serupa luka/jangan bicara rindu/sebab senja rela berkorban demi jembatan malam//
cinta/menusukmu lewat cerita/puisi juga prosa//
cadas berguguran/sisa anggun keemasan/langit ke tujuh runtuh//

Tuhan/Aku berserah//

rindumu/adalah rusuk//
aku tak punya rusuk/hanya titipan//
rindu membungkus hidupku/do'a//

di ruang kosong/tubuhku lengkap//
selengkap rindumu/yang hanya persuakan air mata dan isak/saling mendekap//
di ruang kosong/jiwaku menyala//
menyebut namamu/mati/hidup kembali//

Hanya do'a/yang ku tanam di halaman gerimis malam//
berharap surya/mengetuk jendela/membawa secangkir cinta/dan seguguran rindu jiwa/.
dalam sajak//

Melepas Do'a

Jangan ada puisi malam ini !
Beri ruang untuk do'a, tanpa pelengkap apapun.
Hanya do'a,
Dan Tuhan.
..................
...............
.........
......


Aku berdo'a
Mereka bersuka cita
Aku berkaca
Berkaca-kaca
Terbata-bata

Aku dan do'a
Pada waktu
Sama
Mencari bisikNya

Taun baru 2015

SURAT SINGKAT BUAT IBU #2

#‎Suratsingkatbuatibu‬
Ma,,
Ceritakanlah tentang senja yang menyalakan semangat hidup yang tak sirna sekalipun air mata persuakan malam dengan rintih maha perih ..
Ajarilah Aku keikhlasan sang fajar yang selaja memandikan embun yang terlelap dlm dekapan asalia atau juga pusaka
Ajarkanlah Aku, do'a sempurna yang sederhana yang selalu kau rapalkan saat ada ataupun tak ada air mata, saat aku ada ataupun menuju ketiadaan
Ajarkanlah Aku makna maha kesabaran yang selalu kau bungkus rapi dengan senyuman sebiru kerinduan
*bersambung we, teu kuat nulisna ..
Bandung, teras senja 30 12 14 17:01

UNTUK PEREMPUAN YANG ENTAH SIAPA

Kasih,
Malam ini
Aku ingin merayumu dengan sehelai gerimis yang luruh di jejak tubuhku, menuliskan puisi rindu yang kental sekental kopi hitam yang sering tersaji di pelataran pagi dan teras malam ..
Aku ingin merayumu dengan musik paling sunyi, bukan lagu atau irama nostalgia. Hanya secangkir partitur do'a yang riang bernyanyi berparas air mata dengan selendang dewi kahyangan, bukan kartini atau Theresa. Bukan juga kristina peri atau juga syahrini..
Aku ingin bermesraan denganmu,
Bersenggama dengan puisi yang lahir dari bibirmu, lalu ku telanjangi kau dengan gairah setinggi tower-tower Dubai dengan desahan paling takjub seperti di iklan-iklan dini hari.
Kita bermandi rindu yang pecah di ujung desah. Di ujung jerit paling khusuk.
Di atas ranjang sajak kita bergolak seperti ombak di lautan dan angin di puncak bukit merah..
Lantas kita, terbaring bersama berselimut langit, masih di atas ranjang sajak malam ini ..
Aku ingin mencuri bisikmu
Di sisa malan
Demi waktu
Kebunseni, 311214 21;25
‪#‎duka‬ kangge saha ieu th
‪#‎ujug‬-ujug hyng nulis..

DARI LANGIT


Menulislah kawan,
Agar langit tak lagi bersandiwara lewat hujan
Dan gerimis tak lagi menangis ketika senja berdarah di ujung iqamah ..
Bernyanyilah saudaraku
Kerana bumi tlah cukup akan samudra
Jangaj lagi kau tambah dengan air mata

Berdo'alah Kawan, saudaraku
Demi apapun yang bernama kebaikan

Kau harus dengarkan semua musik balada Kawan,
Agar jiwamu peka
Menulislah dengan jiwa
Bukan demi harta atau juga agar di sebut orang sastra
Bernyanyilah dengan hati
Bukan mencari popularitas yang berorientasi pada materi
Jujurlah, dan hidup apa adanya
Satu lagi
Sajikanlah secangkir kopi atau teh
Ketik purnama mengintip dari balik renyah tawa mega-mega
Berdo'alah untuk semua dan atas nama kebaikan

Ada salam paling puitis dari gerimis/menutup sisa senja/yang haus peluk dan kecupan mesra//
Langit tertunduk/berbisik/kita akan segera//
Bergegas/lacurkan jiwa pada do'a-do'a//

Kita harus/mesti mencari/mencuri/dari sejarah rindu prasejarah/do'a langit//
Usai wirid/menitik menjadi garis/cahaya/kita mesti segera/kerna airmata berupa suaka/do'a adalah kesempurnaan jiwa/atas nama cinta//