Sabtu, 29 Juni 2013

Aku

Aku hilang
jiwa
ini malam

beku kata ku
berangkat
nisan waktu
di tuju

kelakar dan belukar
jadi cerita tertukar
mengalir hambar

usai senja
di lantai tiga
samping mega dan nyata

aku hilang jiwa
ini malam

kata dan sukma
tersimpan adanya..

Sukajadi. 280613

Ketuk Malam

malam menghujam
remukan nafas dalam genggaman

sekejap rintih menjerit
jiwa teriak
hancur dalam

syair-syair senja
rapuh terbakar angin liar
mega-mega menjadi pusaka
mendung
namun tetap gersang

selaksa nyata
bungkam nyawa bahasa
suara tersisa di mimpi maya

sesak
bergejolak riak
pedih bercanda
di rongga malam
di pesta pora kesunyian

memanah rembulan
bakar bintang-bintang
padamkan kelam

malam raib
terhunus jantung bayang

riuh bukit
bergumam di melodi cakrwala
mega pamit
sempat berucap di bibir senja

ada sajak
yang tertinggal di tepi rindu
ada do'a
yang terlupa dlm sendu

air mata mengembara
hanguskan jiwa
didihkan ragu di dada

puisi tak sempat menjadi
hilang bersama sunyi, sepi dan haru
asa-asa membeku
berkarat tangis di qalbu..

060912

Sepanjang Jalan Sukajadi

sepanjang jalan sukajadi
butir-butir rinu terselip
di heningnya bilik jiwa

lampu-lampu jalan meremang
mengalunkan pelan melodi bayang

ada segumpal kisah
membisu di bising jalan
angkuh aspal dan teriakan semisal

puing-puing hening pecah
terbagi menjadi seucuk puisi
berdendang merdu
di antara luka-luka biru

tawamu merekah
kala fajar antarkan malam
terlelap dlm buaian rembulan

menjaring keheningan
menebar kesunyian

namun kini
semua tinggal prasasti
lusuh terbungkus ilusi

jiwamu tlah tiada
musnah menjadi buritan lelah
terkepal dlm lingkaran
termakan amarah

malam menjelang
menyeret cerita senja
di barisan ilalang

memoriku hampir habis
pupus terbakar sang rembulan

sepanjang jalan sukajadi

tersimpan utuh
episode kita
yang tak mungkin
sang Maha merenggutnya..


Bdg 191012

Symphony ketenangan

siang yang tak begitu biasanya
tenang dan bimbang

sekujur puisi tak nyaris datang
bergelombang nyanyian gamang

langit hangus
di dera bara nyala sang surya
mega tetap teduh
nampak putih dari biasanya

terbiar di dada
terjerumus di senja
dan tetap begitu
hingga surya terbagi dua

pilar-pilar jemu
samar dan terbelenggu

segurat senyuman untuk hari esok
bukan pertanda bahagia
hanya saja
mencoba tegar dlm kenyataan yg ada

tak senyum pun
apalah guna
muram jelas tak menyelesaikan masalah
apalagi menghalau

meski sesekali
deburan ombak mengundang
dan kicauan burung
merindui

dia tetap menghadang

ini hanya soal waktu
yang mengekang kita
dlam angan yang terburu-buru

cobalah diam sejenak
angin masih segar untuk kita dekap

Bdg. 111012

Minggu, 16 Juni 2013

Seperti Apa Adanya

seperti sehelai senja
terjatuh di lembut keningmu
mega-mega berarak
bening menyulam bola matamu

sepersekian detik

ku saksikan masa berderai
sempat pudar terurai
dan berganti cerita
di akhir tawa sang surya

seperti sepucuk malam
mekar di pelipis kananmu
ketika rembulan terbit
di sudut manis senyummu

Episode Kita

lama kau tak hadir
temani senja
bersama canda tawa

wajahmu samar
biru bekas luka di rautmu
dalam teramat dalam
goreskan makna di tanah kehidupan

semerbak melati terjaga
di teduh hijau kembang kamboja
aroma mawar meremang
punguti kenangan di riuh mega

pucuk-pucuk do'a merekah
di sini
di buritan senja
yang hendak tenggelam
pergi tanpa jejak

ataukah irama cinta kita
yang tenang damai dlam buaian
atau sebuah nafas perumpamaan

hari-hari
tuliskan cerita pendek
di beberapa halaman koran
majalah dan surat kabar lainnya

tak pernah terbaca semua
mungkin jemu atau teramat semu

puisi mereda
berdendang ria
di sudut gubuk tua
yang tak pernah tersentuh tinta

akar dan daun
angin dan mega
mereka masih mengeja
setaip jejak
setiap bekas tapak sang telapak sukma

ombak mengadu
bahwa esok masihkah jemu?
namun batu karang tetap bisu
tersadar di antara irama
dan sentuhan sang rembulan..

Bdg. 180213

Hening Meronta

hening tak mampu berkata
tetap menyala
di antara tarian tangis mega

resah sesekali bertingkah
menggulung senja
bersama buih-buih akasia

malam remuk
luluh lantak tiada berirama
dingin memekik
memenggal separuh cerita
sepersejuta detik

angin operakan tarian zaman
lembut
di singgahsana sunyi
mimpi penuh misteri

rembulan membeku
bintang gemintang masih kelu

senyawa nafas beterbangan
bercumbu rayu di remang lampu jalanan
tebing-tebing baja
dan nuansa keganasan
menyeringai di lorong-lorong kegelapan

bersama tangisan anak jembatan
yang kian keras menahan lapar
dan isak tangis bayi jalanan
yang menjerit membelah malam

kabut sunyi meresap
memeluk jagat cakrawala
episode senja tersimpan rapi
di bilik jiwa yang kian perih

memory mengambang
antara cita dan cinta
mengalir deras dlm khayalan

ingatan berkelakar
kenyataan tetap tak sadar
mimpikah?
atau hanya puisi mati
yang terhempaskan isyarat sunyi

Bdg. 260113

Ketika Senja Hadir Kembali Di Jiwa

senja terhampar
merah membara
bawa kesan keabadian
menyiratkan pesan ketenangan

mega-mega menari
turuni bukit tinggalkan langit

dan cerita nostalgia
terbentang memanjang
di bias lampu jalanan

air mata hendak tumpah
terhalang sejuk riuh kota

asap ku hisap
memberanikan diri
nikmati luka yg pernah ada
ingat duka yang bercerita
di sini
di merah lembayung senja

langit gugus
perlahan
dan mega-mega pupus

tinggalkan tarian keabadian
dan nyanyian selamat tinggal

mentari
dia berlari
bersmbunyi di bait-bait puisi
yang tenang mengalir
di setiap alur cerita hari

dan senja ini
rindu menggumpal
berbinar bercahaya damai

lenyapkan keresahan
dan teori kegelisahan

senja usai
di antara barisan dan rinithan sang bintang

malam menjelang

Bdg. 200113

Ku ceritakan karena kau yang minta

senja tak mampu lagi di sapa
melangkah pulang
ke alam yang tak pernah kenal namanya

langit masih berkaca-kaca
mendung tetap tak bersuara
hnya rinai gerimis yang nampak bersua
dg irama kehidupan
tembang-tembang jalanan
dan bisu keheningan

detik berderet rapi
menitpun sama
berbaris tegap di memory harap
jam hnya mampu terdian
tergadai sumpah atau juga sampah resah

bumi tetap basah
bintang, rembulan, dan makhluk lainnya
entahlah
seperti sebuah kecupan gadis manis
kala cinta berdegup di jantungnya

namun tetap tiada mengerti
angin tetap setia
bercumbu rayu dg masa
menggigiti dedaunan
yang nampak usang di telan hiruk pikuk zaman

seperti tarian gangnam style
atau dansa meksiko
yang orang-orang bangga dengannya
padahal identitas dirinya tlah hilang seutuhnya
atau mungkin di hilangkannya

semerbak sahara mengalun
manjai tujuh bidadari
di istana savana sunyi

ataukah deburan ombak pantai selatan
yang mengundang mimpi di parang tritis

semua laksana fatamorgana
semua nampak nyata
atau hnya oase dalam cerita
atau juga panggung sandiwara

namun semua sllu ada makna
yang tertuang pada sedikit ruang jiwa...

Bdg. 140113

Mata Mega

pagi terduduk
terhalang fajar di mega ufuk

angin kemarau berdendang
mengalir lembut antara tarian dedaunan
redupnya lampu jalanan
dan riuh kehidupan

dingin menyergap
bungkam semangat di detak gerak
detik terpetik
jemput kicauan camar dan pipit

sayap-sayap jiwa terkulai
entah, dia tak mengerti
sebait pemahaman
dia tuangkan lewat nyanyian
tulisan tak berujung
tak bertepi

mimpi tlah usai
di sudut gubuk
pembaringan lusuh

tanpa selimut
tanpa sentuhan lembut

hanya segelintir do'a
yang mnyeka lelah jiwa
mengusap lemah sukma
sejukan riuhnya duka

langit pecah
merah membara
mendesah menjemput mata terbuka
mega terkesima

sedang siang masih terlelap
dan malam perlahan memeluk rembulan
bintang
dan sejuta kenangan

melambung di alam pikiran
merantai dalam
bergelora di kepal genggaman

aksara kian tak terbaca
mengeja sentuhan deburan ombak
di sini . pantai selatan..

Bdg. 130113

entah

entah apa yang hendak tertulis
smua nampak membisu
membeku kaku dan gagu

malam enggan berlalu
bertumpu pada dimensi waktu

hening terguyur sunyi
sepi terdiam hampir tak sadar diri

gemuruh mimpi mencekam
terbalut melodi puisi-puisi
bungkam memasung nyeri

ada sekuntum senja mengalun
mengalirkan riak kenangan masa lampau
dan tembang gamang masa depan

dia membeku
coba pecahkan ragu
belah kelu

dan do'a menganak sungai
di setiap hela yang kian getir
di ujung peristiwa yang tiada akhir

Seketika

biarlah sejuta ilalang
tetap setia hapus air mata
biarkanlah
karena ketulusan tlah bersemi di bukit ini

bukit yang pernah kita janjikan
tuk merangkai cemara mnjadi aksara
mengulum rindu di sejuk namamu

ada bingkai tanpa nama
tanpa coretan nyata
terpajang lemah dan kusam
di jiwa yang melebam

bingkai yang dulu sering kau tatap
kau usap dan kau banggakan
hingga debu pernah menjadi permata
di matamu

dan retina ku tak mampu telanjanginya

hanya sketsa senyummu
yang kini mengisi setiap senja
tak pernah berbingkai

terabadikan hamparan puisi tak bersayap
dan do'a-do'a dari langit harap

seketika

Bdg. 170613

Jumat, 14 Juni 2013

Kerinduan

biarlah keheningan ini
merasuk
mengambil nyawaku

hingga kerinduanku mampu
tumpah
di pangkuanMu

biarkan aku berkarib dgMu
meski sekejap
atau sehela nafas dariMu

izinkan aku mengadu
mereguk cintaMu
yang teramat bening dan suci

hingga tatkala Izrail hadir
di situlah ku rasakan nikmat paling agung
kerana sajadah terbentang panjang
ke khadiratMu

biarlah kesunyian ini terasa dalam
dalam menyergap batinku
yang luruh menyebut asmaMu

menjerit merinduiMu
hingga lepas sgala apa yang terasa
dan hnya namaMu
yang hadir dlm nafasku

malam yang terbelah
langit terpecah
jiwa terlelap dalam
makna keghaiban

saat lafadz sahadat
menikam kesadaran
dan dosa-dosa berkilauan

menggenggam kebisuan
tabuh ombak kerinduan

rindu melebam
teramat dalam
hingga nyawa yang menjadi peran


Sukajadi. 070613

Ketika Langit Tak Terlihat

merangkak ku susuri senja
dan tertawan di kelam malam
malam yang merangkaikan sejuta kenangan
sejuta lukisan kehidupan

dimana?
dimana kau?
aku mencarimu..
jiwaku

apa kau tlah musnah
terseret derasnya keheningan
dan makna-makna puisi yang kau tulis
kau abadikan dalam mimpi
dan membangunkanmu di pagi hari

apa kau tlah melenggang
bersama jejak-jejak sunyi
yang tertahan
di lembut dedaunan
dan bening kegetiran

makin lama makin hilang
dalam penglihatan
dan genggaman

harus kemana lagi
aku cari kau!

bara jiwaku

di sini aku sendiri
tertahan dimensi sunyi
entah apa
dan tak pasti

mencabik-cabik perlahan
merobek sela-sela keyakinan

dan aku terkapar

Bdg.010613

Jemari Masa Silam

senja tertelan malam
terbelenggu cahaya bintang-gemintang

semilir angin
dingin mengusap jantung kota ini
meski malam biasa saja hadir

samar riuh gema shalawat
di toa-toa mesjid
sebrang jalan penuh kenangan
mnyeret jiwaku larut
dalam putaran masa

msa lampau!
hampir sepuluh tahun penuh jejak

ketika tak penah ku hirup
debu-debu jalanan
dan bangkai-bangkai kekerasan
tak pernah pula ku reguk
sesaknya nafas
beban kehidupan

suara itu kian jelas
menembus sukma yang rapuh
merenggut separuh dr kehidupan malamku

malam bergetar
cakrawala gemetar
terbelah gema adzan
di sela riuh suara keabadian

kerinduan menjerit
rndu masa silam
rindu keluarga yang ku tinggalkan

rindu yang tak pernah ada yang tau
selain sajak ini sbg wakilku

malam melegam hitam
memasuki lorong-lorong misteri
gerbang-gerbang keheningan

dan aku
ada di salah satunya

Sukajadi. 010613