Aku hilang
jiwa
ini malam
beku kata ku
berangkat
nisan waktu
di tuju
kelakar dan belukar
jadi cerita tertukar
mengalir hambar
usai senja
di lantai tiga
samping mega dan nyata
aku hilang jiwa
ini malam
kata dan sukma
tersimpan adanya..
Sukajadi. 280613
Sabtu, 29 Juni 2013
Ketuk Malam
malam menghujam
remukan nafas dalam genggaman
sekejap rintih menjerit
jiwa teriak
hancur dalam
syair-syair senja
rapuh terbakar angin liar
mega-mega menjadi pusaka
mendung
namun tetap gersang
selaksa nyata
bungkam nyawa bahasa
suara tersisa di mimpi maya
sesak
bergejolak riak
pedih bercanda
di rongga malam
di pesta pora kesunyian
memanah rembulan
bakar bintang-bintang
padamkan kelam
malam raib
terhunus jantung bayang
riuh bukit
bergumam di melodi cakrwala
mega pamit
sempat berucap di bibir senja
ada sajak
yang tertinggal di tepi rindu
ada do'a
yang terlupa dlm sendu
air mata mengembara
hanguskan jiwa
didihkan ragu di dada
puisi tak sempat menjadi
hilang bersama sunyi, sepi dan haru
asa-asa membeku
berkarat tangis di qalbu..
060912
remukan nafas dalam genggaman
sekejap rintih menjerit
jiwa teriak
hancur dalam
syair-syair senja
rapuh terbakar angin liar
mega-mega menjadi pusaka
mendung
namun tetap gersang
selaksa nyata
bungkam nyawa bahasa
suara tersisa di mimpi maya
sesak
bergejolak riak
pedih bercanda
di rongga malam
di pesta pora kesunyian
memanah rembulan
bakar bintang-bintang
padamkan kelam
malam raib
terhunus jantung bayang
riuh bukit
bergumam di melodi cakrwala
mega pamit
sempat berucap di bibir senja
ada sajak
yang tertinggal di tepi rindu
ada do'a
yang terlupa dlm sendu
air mata mengembara
hanguskan jiwa
didihkan ragu di dada
puisi tak sempat menjadi
hilang bersama sunyi, sepi dan haru
asa-asa membeku
berkarat tangis di qalbu..
060912
Sepanjang Jalan Sukajadi
sepanjang jalan sukajadi
butir-butir rinu terselip
di heningnya bilik jiwa
lampu-lampu jalan meremang
mengalunkan pelan melodi bayang
ada segumpal kisah
membisu di bising jalan
angkuh aspal dan teriakan semisal
puing-puing hening pecah
terbagi menjadi seucuk puisi
berdendang merdu
di antara luka-luka biru
tawamu merekah
kala fajar antarkan malam
terlelap dlm buaian rembulan
menjaring keheningan
menebar kesunyian
namun kini
semua tinggal prasasti
lusuh terbungkus ilusi
jiwamu tlah tiada
musnah menjadi buritan lelah
terkepal dlm lingkaran
termakan amarah
malam menjelang
menyeret cerita senja
di barisan ilalang
memoriku hampir habis
pupus terbakar sang rembulan
sepanjang jalan sukajadi
tersimpan utuh
episode kita
yang tak mungkin
sang Maha merenggutnya..
Bdg 191012
butir-butir rinu terselip
di heningnya bilik jiwa
lampu-lampu jalan meremang
mengalunkan pelan melodi bayang
ada segumpal kisah
membisu di bising jalan
angkuh aspal dan teriakan semisal
puing-puing hening pecah
terbagi menjadi seucuk puisi
berdendang merdu
di antara luka-luka biru
tawamu merekah
kala fajar antarkan malam
terlelap dlm buaian rembulan
menjaring keheningan
menebar kesunyian
namun kini
semua tinggal prasasti
lusuh terbungkus ilusi
jiwamu tlah tiada
musnah menjadi buritan lelah
terkepal dlm lingkaran
termakan amarah
malam menjelang
menyeret cerita senja
di barisan ilalang
memoriku hampir habis
pupus terbakar sang rembulan
sepanjang jalan sukajadi
tersimpan utuh
episode kita
yang tak mungkin
sang Maha merenggutnya..
Bdg 191012
Symphony ketenangan
siang yang tak begitu biasanya
tenang dan bimbang
sekujur puisi tak nyaris datang
bergelombang nyanyian gamang
langit hangus
di dera bara nyala sang surya
mega tetap teduh
nampak putih dari biasanya
terbiar di dada
terjerumus di senja
dan tetap begitu
hingga surya terbagi dua
pilar-pilar jemu
samar dan terbelenggu
segurat senyuman untuk hari esok
bukan pertanda bahagia
hanya saja
mencoba tegar dlm kenyataan yg ada
tak senyum pun
apalah guna
muram jelas tak menyelesaikan masalah
apalagi menghalau
meski sesekali
deburan ombak mengundang
dan kicauan burung
merindui
dia tetap menghadang
ini hanya soal waktu
yang mengekang kita
dlam angan yang terburu-buru
cobalah diam sejenak
angin masih segar untuk kita dekap
Bdg. 111012
tenang dan bimbang
sekujur puisi tak nyaris datang
bergelombang nyanyian gamang
langit hangus
di dera bara nyala sang surya
mega tetap teduh
nampak putih dari biasanya
terbiar di dada
terjerumus di senja
dan tetap begitu
hingga surya terbagi dua
pilar-pilar jemu
samar dan terbelenggu
segurat senyuman untuk hari esok
bukan pertanda bahagia
hanya saja
mencoba tegar dlm kenyataan yg ada
tak senyum pun
apalah guna
muram jelas tak menyelesaikan masalah
apalagi menghalau
meski sesekali
deburan ombak mengundang
dan kicauan burung
merindui
dia tetap menghadang
ini hanya soal waktu
yang mengekang kita
dlam angan yang terburu-buru
cobalah diam sejenak
angin masih segar untuk kita dekap
Bdg. 111012
Minggu, 16 Juni 2013
Seperti Apa Adanya
seperti sehelai senja
terjatuh di lembut keningmu
mega-mega berarak
bening menyulam bola matamu
sepersekian detik
ku saksikan masa berderai
sempat pudar terurai
dan berganti cerita
di akhir tawa sang surya
seperti sepucuk malam
mekar di pelipis kananmu
ketika rembulan terbit
di sudut manis senyummu
terjatuh di lembut keningmu
mega-mega berarak
bening menyulam bola matamu
sepersekian detik
ku saksikan masa berderai
sempat pudar terurai
dan berganti cerita
di akhir tawa sang surya
seperti sepucuk malam
mekar di pelipis kananmu
ketika rembulan terbit
di sudut manis senyummu
Episode Kita
lama kau tak hadir
temani senja
bersama canda tawa
wajahmu samar
biru bekas luka di rautmu
dalam teramat dalam
goreskan makna di tanah kehidupan
semerbak melati terjaga
di teduh hijau kembang kamboja
aroma mawar meremang
punguti kenangan di riuh mega
pucuk-pucuk do'a merekah
di sini
di buritan senja
yang hendak tenggelam
pergi tanpa jejak
ataukah irama cinta kita
yang tenang damai dlam buaian
atau sebuah nafas perumpamaan
hari-hari
tuliskan cerita pendek
di beberapa halaman koran
majalah dan surat kabar lainnya
tak pernah terbaca semua
mungkin jemu atau teramat semu
puisi mereda
berdendang ria
di sudut gubuk tua
yang tak pernah tersentuh tinta
akar dan daun
angin dan mega
mereka masih mengeja
setaip jejak
setiap bekas tapak sang telapak sukma
ombak mengadu
bahwa esok masihkah jemu?
namun batu karang tetap bisu
tersadar di antara irama
dan sentuhan sang rembulan..
Bdg. 180213
temani senja
bersama canda tawa
wajahmu samar
biru bekas luka di rautmu
dalam teramat dalam
goreskan makna di tanah kehidupan
semerbak melati terjaga
di teduh hijau kembang kamboja
aroma mawar meremang
punguti kenangan di riuh mega
pucuk-pucuk do'a merekah
di sini
di buritan senja
yang hendak tenggelam
pergi tanpa jejak
ataukah irama cinta kita
yang tenang damai dlam buaian
atau sebuah nafas perumpamaan
hari-hari
tuliskan cerita pendek
di beberapa halaman koran
majalah dan surat kabar lainnya
tak pernah terbaca semua
mungkin jemu atau teramat semu
puisi mereda
berdendang ria
di sudut gubuk tua
yang tak pernah tersentuh tinta
akar dan daun
angin dan mega
mereka masih mengeja
setaip jejak
setiap bekas tapak sang telapak sukma
ombak mengadu
bahwa esok masihkah jemu?
namun batu karang tetap bisu
tersadar di antara irama
dan sentuhan sang rembulan..
Bdg. 180213
Hening Meronta
hening tak mampu berkata
tetap menyala
di antara tarian tangis mega
resah sesekali bertingkah
menggulung senja
bersama buih-buih akasia
malam remuk
luluh lantak tiada berirama
dingin memekik
memenggal separuh cerita
sepersejuta detik
angin operakan tarian zaman
lembut
di singgahsana sunyi
mimpi penuh misteri
rembulan membeku
bintang gemintang masih kelu
senyawa nafas beterbangan
bercumbu rayu di remang lampu jalanan
tebing-tebing baja
dan nuansa keganasan
menyeringai di lorong-lorong kegelapan
bersama tangisan anak jembatan
yang kian keras menahan lapar
dan isak tangis bayi jalanan
yang menjerit membelah malam
kabut sunyi meresap
memeluk jagat cakrawala
episode senja tersimpan rapi
di bilik jiwa yang kian perih
memory mengambang
antara cita dan cinta
mengalir deras dlm khayalan
ingatan berkelakar
kenyataan tetap tak sadar
mimpikah?
atau hanya puisi mati
yang terhempaskan isyarat sunyi
Bdg. 260113
tetap menyala
di antara tarian tangis mega
resah sesekali bertingkah
menggulung senja
bersama buih-buih akasia
malam remuk
luluh lantak tiada berirama
dingin memekik
memenggal separuh cerita
sepersejuta detik
angin operakan tarian zaman
lembut
di singgahsana sunyi
mimpi penuh misteri
rembulan membeku
bintang gemintang masih kelu
senyawa nafas beterbangan
bercumbu rayu di remang lampu jalanan
tebing-tebing baja
dan nuansa keganasan
menyeringai di lorong-lorong kegelapan
bersama tangisan anak jembatan
yang kian keras menahan lapar
dan isak tangis bayi jalanan
yang menjerit membelah malam
kabut sunyi meresap
memeluk jagat cakrawala
episode senja tersimpan rapi
di bilik jiwa yang kian perih
memory mengambang
antara cita dan cinta
mengalir deras dlm khayalan
ingatan berkelakar
kenyataan tetap tak sadar
mimpikah?
atau hanya puisi mati
yang terhempaskan isyarat sunyi
Bdg. 260113
Ketika Senja Hadir Kembali Di Jiwa
senja terhampar
merah membara
bawa kesan keabadian
menyiratkan pesan ketenangan
mega-mega menari
turuni bukit tinggalkan langit
dan cerita nostalgia
terbentang memanjang
di bias lampu jalanan
air mata hendak tumpah
terhalang sejuk riuh kota
asap ku hisap
memberanikan diri
nikmati luka yg pernah ada
ingat duka yang bercerita
di sini
di merah lembayung senja
langit gugus
perlahan
dan mega-mega pupus
tinggalkan tarian keabadian
dan nyanyian selamat tinggal
mentari
dia berlari
bersmbunyi di bait-bait puisi
yang tenang mengalir
di setiap alur cerita hari
dan senja ini
rindu menggumpal
berbinar bercahaya damai
lenyapkan keresahan
dan teori kegelisahan
senja usai
di antara barisan dan rinithan sang bintang
malam menjelang
Bdg. 200113
merah membara
bawa kesan keabadian
menyiratkan pesan ketenangan
mega-mega menari
turuni bukit tinggalkan langit
dan cerita nostalgia
terbentang memanjang
di bias lampu jalanan
air mata hendak tumpah
terhalang sejuk riuh kota
asap ku hisap
memberanikan diri
nikmati luka yg pernah ada
ingat duka yang bercerita
di sini
di merah lembayung senja
langit gugus
perlahan
dan mega-mega pupus
tinggalkan tarian keabadian
dan nyanyian selamat tinggal
mentari
dia berlari
bersmbunyi di bait-bait puisi
yang tenang mengalir
di setiap alur cerita hari
dan senja ini
rindu menggumpal
berbinar bercahaya damai
lenyapkan keresahan
dan teori kegelisahan
senja usai
di antara barisan dan rinithan sang bintang
malam menjelang
Bdg. 200113
Ku ceritakan karena kau yang minta
senja tak mampu lagi di sapa
melangkah pulang
ke alam yang tak pernah kenal namanya
langit masih berkaca-kaca
mendung tetap tak bersuara
hnya rinai gerimis yang nampak bersua
dg irama kehidupan
tembang-tembang jalanan
dan bisu keheningan
detik berderet rapi
menitpun sama
berbaris tegap di memory harap
jam hnya mampu terdian
tergadai sumpah atau juga sampah resah
bumi tetap basah
bintang, rembulan, dan makhluk lainnya
entahlah
seperti sebuah kecupan gadis manis
kala cinta berdegup di jantungnya
namun tetap tiada mengerti
angin tetap setia
bercumbu rayu dg masa
menggigiti dedaunan
yang nampak usang di telan hiruk pikuk zaman
seperti tarian gangnam style
atau dansa meksiko
yang orang-orang bangga dengannya
padahal identitas dirinya tlah hilang seutuhnya
atau mungkin di hilangkannya
semerbak sahara mengalun
manjai tujuh bidadari
di istana savana sunyi
ataukah deburan ombak pantai selatan
yang mengundang mimpi di parang tritis
semua laksana fatamorgana
semua nampak nyata
atau hnya oase dalam cerita
atau juga panggung sandiwara
namun semua sllu ada makna
yang tertuang pada sedikit ruang jiwa...
Bdg. 140113
melangkah pulang
ke alam yang tak pernah kenal namanya
langit masih berkaca-kaca
mendung tetap tak bersuara
hnya rinai gerimis yang nampak bersua
dg irama kehidupan
tembang-tembang jalanan
dan bisu keheningan
detik berderet rapi
menitpun sama
berbaris tegap di memory harap
jam hnya mampu terdian
tergadai sumpah atau juga sampah resah
bumi tetap basah
bintang, rembulan, dan makhluk lainnya
entahlah
seperti sebuah kecupan gadis manis
kala cinta berdegup di jantungnya
namun tetap tiada mengerti
angin tetap setia
bercumbu rayu dg masa
menggigiti dedaunan
yang nampak usang di telan hiruk pikuk zaman
seperti tarian gangnam style
atau dansa meksiko
yang orang-orang bangga dengannya
padahal identitas dirinya tlah hilang seutuhnya
atau mungkin di hilangkannya
semerbak sahara mengalun
manjai tujuh bidadari
di istana savana sunyi
ataukah deburan ombak pantai selatan
yang mengundang mimpi di parang tritis
semua laksana fatamorgana
semua nampak nyata
atau hnya oase dalam cerita
atau juga panggung sandiwara
namun semua sllu ada makna
yang tertuang pada sedikit ruang jiwa...
Bdg. 140113
Mata Mega
pagi terduduk
terhalang fajar di mega ufuk
angin kemarau berdendang
mengalir lembut antara tarian dedaunan
redupnya lampu jalanan
dan riuh kehidupan
dingin menyergap
bungkam semangat di detak gerak
detik terpetik
jemput kicauan camar dan pipit
sayap-sayap jiwa terkulai
entah, dia tak mengerti
sebait pemahaman
dia tuangkan lewat nyanyian
tulisan tak berujung
tak bertepi
mimpi tlah usai
di sudut gubuk
pembaringan lusuh
tanpa selimut
tanpa sentuhan lembut
hanya segelintir do'a
yang mnyeka lelah jiwa
mengusap lemah sukma
sejukan riuhnya duka
langit pecah
merah membara
mendesah menjemput mata terbuka
mega terkesima
sedang siang masih terlelap
dan malam perlahan memeluk rembulan
bintang
dan sejuta kenangan
melambung di alam pikiran
merantai dalam
bergelora di kepal genggaman
aksara kian tak terbaca
mengeja sentuhan deburan ombak
di sini . pantai selatan..
Bdg. 130113
terhalang fajar di mega ufuk
angin kemarau berdendang
mengalir lembut antara tarian dedaunan
redupnya lampu jalanan
dan riuh kehidupan
dingin menyergap
bungkam semangat di detak gerak
detik terpetik
jemput kicauan camar dan pipit
sayap-sayap jiwa terkulai
entah, dia tak mengerti
sebait pemahaman
dia tuangkan lewat nyanyian
tulisan tak berujung
tak bertepi
mimpi tlah usai
di sudut gubuk
pembaringan lusuh
tanpa selimut
tanpa sentuhan lembut
hanya segelintir do'a
yang mnyeka lelah jiwa
mengusap lemah sukma
sejukan riuhnya duka
langit pecah
merah membara
mendesah menjemput mata terbuka
mega terkesima
sedang siang masih terlelap
dan malam perlahan memeluk rembulan
bintang
dan sejuta kenangan
melambung di alam pikiran
merantai dalam
bergelora di kepal genggaman
aksara kian tak terbaca
mengeja sentuhan deburan ombak
di sini . pantai selatan..
Bdg. 130113
entah
entah apa yang hendak tertulis
smua nampak membisu
membeku kaku dan gagu
malam enggan berlalu
bertumpu pada dimensi waktu
hening terguyur sunyi
sepi terdiam hampir tak sadar diri
gemuruh mimpi mencekam
terbalut melodi puisi-puisi
bungkam memasung nyeri
ada sekuntum senja mengalun
mengalirkan riak kenangan masa lampau
dan tembang gamang masa depan
dia membeku
coba pecahkan ragu
belah kelu
dan do'a menganak sungai
di setiap hela yang kian getir
di ujung peristiwa yang tiada akhir
smua nampak membisu
membeku kaku dan gagu
malam enggan berlalu
bertumpu pada dimensi waktu
hening terguyur sunyi
sepi terdiam hampir tak sadar diri
gemuruh mimpi mencekam
terbalut melodi puisi-puisi
bungkam memasung nyeri
ada sekuntum senja mengalun
mengalirkan riak kenangan masa lampau
dan tembang gamang masa depan
dia membeku
coba pecahkan ragu
belah kelu
dan do'a menganak sungai
di setiap hela yang kian getir
di ujung peristiwa yang tiada akhir
Seketika
biarlah sejuta ilalang
tetap setia hapus air mata
biarkanlah
karena ketulusan tlah bersemi di bukit ini
bukit yang pernah kita janjikan
tuk merangkai cemara mnjadi aksara
mengulum rindu di sejuk namamu
ada bingkai tanpa nama
tanpa coretan nyata
terpajang lemah dan kusam
di jiwa yang melebam
bingkai yang dulu sering kau tatap
kau usap dan kau banggakan
hingga debu pernah menjadi permata
di matamu
dan retina ku tak mampu telanjanginya
hanya sketsa senyummu
yang kini mengisi setiap senja
tak pernah berbingkai
terabadikan hamparan puisi tak bersayap
dan do'a-do'a dari langit harap
seketika
Bdg. 170613
tetap setia hapus air mata
biarkanlah
karena ketulusan tlah bersemi di bukit ini
bukit yang pernah kita janjikan
tuk merangkai cemara mnjadi aksara
mengulum rindu di sejuk namamu
ada bingkai tanpa nama
tanpa coretan nyata
terpajang lemah dan kusam
di jiwa yang melebam
bingkai yang dulu sering kau tatap
kau usap dan kau banggakan
hingga debu pernah menjadi permata
di matamu
dan retina ku tak mampu telanjanginya
hanya sketsa senyummu
yang kini mengisi setiap senja
tak pernah berbingkai
terabadikan hamparan puisi tak bersayap
dan do'a-do'a dari langit harap
seketika
Bdg. 170613
Jumat, 14 Juni 2013
Kerinduan
biarlah keheningan ini
merasuk
mengambil nyawaku
hingga kerinduanku mampu
tumpah
di pangkuanMu
biarkan aku berkarib dgMu
meski sekejap
atau sehela nafas dariMu
izinkan aku mengadu
mereguk cintaMu
yang teramat bening dan suci
hingga tatkala Izrail hadir
di situlah ku rasakan nikmat paling agung
kerana sajadah terbentang panjang
ke khadiratMu
biarlah kesunyian ini terasa dalam
dalam menyergap batinku
yang luruh menyebut asmaMu
menjerit merinduiMu
hingga lepas sgala apa yang terasa
dan hnya namaMu
yang hadir dlm nafasku
malam yang terbelah
langit terpecah
jiwa terlelap dalam
makna keghaiban
saat lafadz sahadat
menikam kesadaran
dan dosa-dosa berkilauan
menggenggam kebisuan
tabuh ombak kerinduan
rindu melebam
teramat dalam
hingga nyawa yang menjadi peran
Sukajadi. 070613
merasuk
mengambil nyawaku
hingga kerinduanku mampu
tumpah
di pangkuanMu
biarkan aku berkarib dgMu
meski sekejap
atau sehela nafas dariMu
izinkan aku mengadu
mereguk cintaMu
yang teramat bening dan suci
hingga tatkala Izrail hadir
di situlah ku rasakan nikmat paling agung
kerana sajadah terbentang panjang
ke khadiratMu
biarlah kesunyian ini terasa dalam
dalam menyergap batinku
yang luruh menyebut asmaMu
menjerit merinduiMu
hingga lepas sgala apa yang terasa
dan hnya namaMu
yang hadir dlm nafasku
malam yang terbelah
langit terpecah
jiwa terlelap dalam
makna keghaiban
saat lafadz sahadat
menikam kesadaran
dan dosa-dosa berkilauan
menggenggam kebisuan
tabuh ombak kerinduan
rindu melebam
teramat dalam
hingga nyawa yang menjadi peran
Sukajadi. 070613
Ketika Langit Tak Terlihat
merangkak ku susuri senja
dan tertawan di kelam malam
malam yang merangkaikan sejuta kenangan
sejuta lukisan kehidupan
dimana?
dimana kau?
aku mencarimu..
jiwaku
apa kau tlah musnah
terseret derasnya keheningan
dan makna-makna puisi yang kau tulis
kau abadikan dalam mimpi
dan membangunkanmu di pagi hari
apa kau tlah melenggang
bersama jejak-jejak sunyi
yang tertahan
di lembut dedaunan
dan bening kegetiran
makin lama makin hilang
dalam penglihatan
dan genggaman
harus kemana lagi
aku cari kau!
bara jiwaku
di sini aku sendiri
tertahan dimensi sunyi
entah apa
dan tak pasti
mencabik-cabik perlahan
merobek sela-sela keyakinan
dan aku terkapar
Bdg.010613
dan tertawan di kelam malam
malam yang merangkaikan sejuta kenangan
sejuta lukisan kehidupan
dimana?
dimana kau?
aku mencarimu..
jiwaku
apa kau tlah musnah
terseret derasnya keheningan
dan makna-makna puisi yang kau tulis
kau abadikan dalam mimpi
dan membangunkanmu di pagi hari
apa kau tlah melenggang
bersama jejak-jejak sunyi
yang tertahan
di lembut dedaunan
dan bening kegetiran
makin lama makin hilang
dalam penglihatan
dan genggaman
harus kemana lagi
aku cari kau!
bara jiwaku
di sini aku sendiri
tertahan dimensi sunyi
entah apa
dan tak pasti
mencabik-cabik perlahan
merobek sela-sela keyakinan
dan aku terkapar
Bdg.010613
Jemari Masa Silam
senja tertelan malam
terbelenggu cahaya bintang-gemintang
semilir angin
dingin mengusap jantung kota ini
meski malam biasa saja hadir
samar riuh gema shalawat
di toa-toa mesjid
sebrang jalan penuh kenangan
mnyeret jiwaku larut
dalam putaran masa
msa lampau!
hampir sepuluh tahun penuh jejak
ketika tak penah ku hirup
debu-debu jalanan
dan bangkai-bangkai kekerasan
tak pernah pula ku reguk
sesaknya nafas
beban kehidupan
suara itu kian jelas
menembus sukma yang rapuh
merenggut separuh dr kehidupan malamku
malam bergetar
cakrawala gemetar
terbelah gema adzan
di sela riuh suara keabadian
kerinduan menjerit
rndu masa silam
rindu keluarga yang ku tinggalkan
rindu yang tak pernah ada yang tau
selain sajak ini sbg wakilku
malam melegam hitam
memasuki lorong-lorong misteri
gerbang-gerbang keheningan
dan aku
ada di salah satunya
Sukajadi. 010613
terbelenggu cahaya bintang-gemintang
semilir angin
dingin mengusap jantung kota ini
meski malam biasa saja hadir
samar riuh gema shalawat
di toa-toa mesjid
sebrang jalan penuh kenangan
mnyeret jiwaku larut
dalam putaran masa
msa lampau!
hampir sepuluh tahun penuh jejak
ketika tak penah ku hirup
debu-debu jalanan
dan bangkai-bangkai kekerasan
tak pernah pula ku reguk
sesaknya nafas
beban kehidupan
suara itu kian jelas
menembus sukma yang rapuh
merenggut separuh dr kehidupan malamku
malam bergetar
cakrawala gemetar
terbelah gema adzan
di sela riuh suara keabadian
kerinduan menjerit
rndu masa silam
rindu keluarga yang ku tinggalkan
rindu yang tak pernah ada yang tau
selain sajak ini sbg wakilku
malam melegam hitam
memasuki lorong-lorong misteri
gerbang-gerbang keheningan
dan aku
ada di salah satunya
Sukajadi. 010613
Langganan:
Postingan (Atom)